Kamis, 24 September 2015

Luka



pada jemari waktu yang tabah
kuserahkan segala luka yang paling basah
sepasang ingatan yang gagal menghapus rindu
seperti puisi-puisiku yang tenggelam di beranda matamu

waktu ke waktu ingin segera berlari
membujuk nyeri yang kerap sambangi nadi
tegar memainkan ingatan pada deretan namamu
rebahkan kenangan atas nama masa lalu

telah kau buat luka sedalam lembah
securam dinding tebing yang gagah
seluas samudra membuncah
selepas takdir memisah, lelah

Tangerang, 13 September 2015 (E)

Terpuruk Amuk



o, duhai kau yang maha sibuk
mencari semacam peluk
dari ceruk satu ke lain ceruk
hingga debar dada kembali ambruk
menahan berjutajuta amuk
bergejolak, menata rasa yang kian majemuk
tinggalkan saja, tak perlu kau jenguk
ia bukan si bodoh pungguk
hanya terpuruk tak berarti harus remuk

Tangerang, 12 September 2015 (E)

Jumat (2)

kau hanya sakit, jangan mengumpat
jauhkan segala hujat
doa-doa yang telah terpanjat
tak akan salah alamat
biarkan hati rindu bermunajat
jangan palingkan wajah dari amanat
lanjutkan hidup di jalan selamat
amalkanlah semua rakaat-rakaat
ya, ini adalah jumat
kau hanya sakit, bukan berkhianat!

Tangerang, 11092015

22.44


menunggu bayangmu di kelokan malam
saat rembulan telah separuh tenggelam
saat kelopak mata enggan memejam
lelah kalbu menafsirkan bisikan kunangkunang
yang begitu gempita beterbangan
hinggap pada sebuah kesunyian
menuju gugusan kesunyian lain
adakah tik tok arloji akan menyapa kembali
pada satu titik yang paling dinanti
: persinggahan hati

Tangerang, 10 September 2015

Malam Ketujuh



malam retak berkalung sunyi
angin dingin menusuk setajam belati
telah kubawakan sajak yang berurai air mata
sebagai isyarat pertemuan yang tertunda
ketika kata rindu tertinggal sia-sia
ada perihal yang tak pernah selesai diutarakan
ratusan aksara yang berkelindan di ingatan
begitu gagap merayakan kepedihan
ini malam ketujuh
kenangan begitu riuh
menujumu yang kian jauh

Tangerang, 7 September 2015 (E)

Perihal Kesedihan Yang Kau Jatuhkan Di Mataku



pada kelopak mataku yang sunyi, malam jatuh
menghitung setiap jengkal rindu yang sedang kutempuh
sajak-sajakmu yang kian jauh
seperti angin september yang bertiup rusuh
kurutuki deretan tanggalan lusuh
kumaki takdir pertemuan yang tak lagi utuh
inilah perihal kesedihan yang gemuruh
dengung namamu tinggal separuh!

Tangerang, 6 September 2015 (E)

Gerhana Di Matamu



malam yang hampir runtuh
kusebut namamu utuh, sepenuh seluruh
air mata tumpah mengaliri deretan almanak
pada cuaca yang tak pernah beranjak meski sejenak
seperti rakaat-rakaat yang hilang tanpa jejak
kubiarkan waktu berjalan menggerus ingatan, selapis-selapis
namun kenangan tak mampu mengikis
tidak juga sunyi yang membatu
saat gerhana singgah di matamu

Tangerang, 5 September 2015 (E)