kemarahanmu
yang api
menelanjangi
kata-kataku
membakar
jutaan huruf mati
yang
tersimpan dalam laci kehidupanku
dari
sudut balkon kau jelajahi diri
tak
ada yang lebih sepi dari sunyi itu sendiri
senja
yang tenggelam dalam hening malam
mengusir
kicauan burung gereja di batas cakrawala
lalu
diam-diam kau tuang amarah
dalam
secangkir gelisah
yang
kau aduk merata di sekeliling tubuhmu
hingga
meleleh ragaku menjadi abu
kemarahanmu
yang api itu
membuatku
terjebak dalam arus waktu masa lalu
Kedoya,
18 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar