Sabtu, 29 Agustus 2015

Kepergian Yang Terus Dikenang



membaca kabarmu yang diterbangkan angin
betapa musim kemarau tiba-tiba menjadi gugup, dingin
sungai-sungai di mataku jatuh meluruh
ke dada yang penuh isak gemuruh
begitu banyak kenangan yang terlipat
lusuh, terserak di antara selat demi selat

tidakkah kau lihat nun di sana
seseorang yang terbata-bata mengeja cinta
pada sebuah senja yang begitu-begitu saja

Tangerang, 27.08.2015

Cisadane


 
mencintai engkau
pada musim yang tak mengenal penghujan dan kemarau
tentang pohon salak yang merimbun
tentang gemerisik daun bambu yang mengalun
tentang hulu dari selatan yang menawan

di remang cisadane¹, seutas kenangan berjatuhan
berderai lepas dari deras arus ingatan
melambung pada gemerlap peh cun² di tepi sungai
pada lentur tarian barongsai
dan gadis-gadis bergincu merah yang aduhai
bak lampion menari dengan gemulai

telah tercatat semua gemuruh
hingga tiba saatnya airmu meluruh; keruh

Tangerang, 24 Agustus 201

¹Cisadane adalah nama sungai terpanjang di Tangerang, mengalir dari selatan dan bermuara di Laut Jawa.
²Peh Cun adalah festival mendayung perahu naga yang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Pada saat ini dipercaya bahwa matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis orbit.

Meraba Sepi

kita yang terbata-bata meraba sepi
pada setiap dinding rumah yang sunyi
nyaring suara anak-anak yang memanggil
seperti nyanyi hujan di ujung april
begitu gemetar, begitu gigil
segala resah air mata akan tumpah
pada tanah-tanah basah

sesungguhnya, ganjil-genap hanyalah bilangan
dan kau pun akan kembali menemukan
seseorang yang berjuang mempertahankan
lebam hati mendekap kerinduan

Tangerang, 15082015

Sabtu, 15 Agustus 2015

Suluh Rindu

: Robi Akbar

memasuki rumahmu yang sesepi batu
ada harap yang piatu
menjenguk kenangan di muka pintu
menghitung cemas satu demi satu
waktu ke waktu

tak ada yang salah pada restu
tak juga sepimu
maka menggenaplah dalam doadoa pilu
agar dapat kumaknai bayangmu dalam gelap lampu
sebagai suluh yang menyala di antara ketiadaanmu

Kedoya, 14082015

Menemukanmu



memasuki rumahmu, penuh mawar
segala hasrat sepenuh debar
mata yang mengerjap memukul sepi
beranda yang selalu lapang menerima hari
sepasang pelukan hangat kian nyala
senantiasa membaca tiap khawatir yang menggerus dada
sesungguhnya, rindu adalah deretan jarak dan waktu
aku menghitungnya hingga kelak menjadi satu

Sepanjang Ciledug-Kedoya, 14 Agustus 2015 (E)

Au Revoir



kau pamit, tinggalkan sepotong doa pada pagi
melangkah di antara riuh matahari
mengenang likunya jalan yang paling sunyi
jalan ilusi
rebah di dada penuh denting diksi

kaupun pamit, setelah menabur cinta
tempat bertumbuh bunga-bunga
begitu wangi penuh aroma
sisakan ranting kenangan
di langit pekat yang berawan

ingatan yang kian lingsir
au revoir!
jangan kirimi aku syair

Tangerang, 12.08.2015

Kau, Aku, Dan Kenangan



sepasang kenangan berlarian di kalbu
kaki-kaki kecilnya riuh menjejakkan rindu
memerangkapku di labirin masa lalu
pada secangkir kopi di atas meja kayu

kau-aku pernah terlibat dalam kenangan yang sama
pada kepiluan atas nama doa-doa
pada sepenggal pesan-pesan yang mengabur ketika turun senja
sisakan luka yang begitu sempurna

kelak akan berakhir musim paling getir
saat semua ingatan melipir
saat kau-aku berjumpa di waktu entah
saat hati pernah sedemikian luka dan patah

Tangerang, 10.08.2015