(i)
terkadang langit terbata-bata mengeja
rindu
menyisakan degup di jantungku
dan
sepasang matamu yang sayu
begitu
gugup menahan ngilu
(ii)
kau sisakan hitam serupa kopi pada
cangkir semesta
"sebab pekat bukanlah sekat
ia warna yang menyatukan sekaligus
mengikat"
uraimu saat itu di akhir senja
(iii)
demikianlah, aku tak hendak menolak
atau pun sekedar mengelak
sebab aku pernah tersesat
dalam rumahmu yang tanpa alamat
(iv)
kini, izinkan aku terlelap di dadamu
menyatukan hitam-putihnya bahasa
kalbu
dan sepoci ingatan atas nama rindu
dari doa-doa yang telah lama piatu
Tangerang, 25/12/2014