Senja
pun tiba. Aku masih di sini, mencoba setia pada hari. Meski kadang tubuh ini
begitu lelah, dihantam gelombang rindu yang berkepanjangan. Tanpa mengenal
musim. Berkali-kali jatuh dan terbangun untuk sepotong alasan yang sama. Yang
terkadang begitu konyol, atau malah memilukan. Semua tergantung dari sudut
pandang mana kau akan melihatnya.
Secangkir
kopi yang telah terhidang di teras menjadi satu alasan untuk tetap melekatkan
namamu pada sudut hatiku. Kepulannya mengingatkanku
pada asap yang kerap beterbangan dari bibirmu. Kubayangkan saat itu kau memetik
gitar. Sesekali senandung kecilmu menyeruak membelah semesta. Entah angin mana
yang kelak akan membawa lagumu pada telingaku. Meski kau-aku masih berada pada
belahan bumi yang sama. Pada titik kultum terendah cakrawala mengeja waktu.
Senja
dan secangkir kopi. Seperti kau yang tak habis menjelma kata-kata, di setiap
puisiku.
Tangerang,
01/12/2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar