kemungkinan adalah jarak terjauh
dari penantian
seperti pintu-pintu yang kadang
terbuka
menerima segala
kedatangan-kepergian
dan
kau, yang gagap membaca peta
menghitung
hari demi hari yang terlupakan
aku memasang mata dalam setiap kotak pesan
barangkali kau membukanya dan
mengirim balasan
meski kekecewaan kerap kali harus
ditelan
sebab rindu, katamu, tak
membutuhkan alas an
di sana, kau menunjuk sebuah kota
diam-diam aku mengamini segala
pada apa-apa yang menjadi semoga
adakah yang lebih bergemuruh dari
serangkaian doa yang rebah di dada?
Tangerang, 02.11.2017