pada lorong mana lagi
kaupalingkan rindu
sedang kesunyian telah mengiris-iris
pergelangan waktu
tak ada isyarat, maupun air mata
melepasmu
adalah kecemasan yang tak kuduga
kau yang pernah bermukim di dada
pada tiap hela napasku mengada
pada setiap perbincangan kata
entah mengapa kaupilih keheningan
sebagai takdir
mendiamkan segala percakapan
berakhir
membiarkan musim demi musim
bergulir
kecuali perpisahan
adakah yang lebih menyakitkan
dari sebuah lambaian tangan?
Tangerang, 7 Oktober 2017 (E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar