Kau baru saja tiba di rumahku ketika malam menenggelamkan
bulan bulat telur di halaman depan hingga malam terlihat amat gelap tanpa
cahaya dan pesan apa pun.
Perihal secangkir kopi hitam yang telah kuseduh
berulang-ulang di hadapanmu adalah kisah tak lazim yang menggenapkan hari
ketika kenangan mungkin akan bertamu kembali, entah esok, entah lusa.
Lalu kau biarkan dingin merayapi ujung kakiku tanpa pernah
ampun, hingga kau pun alpa memberikan selimut penutup lukaku yang kian nganga.
Biarlah!
Kedoya, 18.08.2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar