dua puluh enam aksara yang aku punya
tak
akan mampu menafsirkan bahasa cinta
yang
jatuh tepat di kedua matamu
ada gemuruh angin yang menggoncangkan lonceng
ada debur ombak yang memecah karang
dan akan selalu ada malam-malam yang memabukkan kenang
di
ujung lidah, kata-kata pun pecah
tapi
rindu tak kenal menyerah
disusunnya
kembali kepingan yang tergeletak pasrah
lalu
menjelma petang
agar
rindu tahu jalan pulang
menuju
rumahmu yang rimbun saying
Tangerang,
18 Oktober 2014
*
Dimuat di Solo Pos - 9 November 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar