aku
yang letih, memulangkan segala harap
segala
debar-debur yang kerap
bermukim
dalam dada yang karang
sebagai cadas, sebagai jurang, sebagai tualang
di samudra bayang-bayang
aku
yang pedih, menepikan segala cemas
mengayuh
segala kemas
begitu
lekas, begitu jelas, begitu gegas
untuk
tergesa menyeduh segala yang memburu
entah
cemburu atau sebuah rindu
kepadamu,
lelakiku!
bertarunglah
atas nama waktu
untuk
kita, untukmu, untukku
tak
ada yang pernah berubah arah
sekalipun
hanya sekedar istirah
Bandung,
21 Juli 2015 (E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar