kubiarkan
angin menera jejakmu perlahan
menghapus
harapan demi harapan yang berdatangan
seperti
kenangan, hadir dan meniada bergantian
untuk kembali mengeja mimpi sendirian
kubiarkan
angin mengeja cemas yang berjatuhan
membilang
luka yang kian nganga sejak hari kesekian
sebelum
bahagia ditakdirkan menjadi kepedihan
kita
adalah dua camar yang berpasangan
mengapa
musim penghujan tak pernah berganti di mataku?
sedang
kau, langkah sepasang kaki yang tergesa berlalu
Taman
Hati, 21.04.2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar