Aku ingin menetap di dadamu
yang kekar menasbihkan namaku
menggenapkan waktu menjadi beku
agar tak ada lagi ruang tunggu
yang mencatat semua manik ragu
Tubuhmu bagai lautan
tempat perahuku melabuhkan kerinduan
meski terombang-ambing riak kecemburuan
dihempas badai dan angin buritan
Duhai kekasih hati
layarkanlah mantra-mantra pecintaan ini
pada senja, dan pada ombak yang tak henti menanti
Aku ingin menetap di dadamu
yang penuh gelombang itu…
Sungguh!
Tangerang, 18 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar