malam
yang hampir runtuh
kusebut
namamu utuh, sepenuh seluruh
air
mata tumpah mengaliri deretan almanak
pada cuaca yang tak pernah beranjak meski sejenak
seperti rakaat-rakaat yang hilang tanpa jejak
kubiarkan waktu berjalan menggerus ingatan,
selapis-selapis
namun kenangan tak mampu mengikis
tidak juga sunyi yang membatu
saat gerhana singgah di matamu
Tangerang,
5 September 2015 (E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar