kau
bawa sunyi ke dalam dada yang paling tabah
mengeja
cemas di setiap jengkalan resah
saat
kau putuskan menuju ke satu arah
perjalanan yang penuh liku amarah
yang basah yang pasrah yang rebah
aku
di sini, berdiri membatu
memeta
ingatan yang pernah singgah di kalbu
menafsirkan
hitungan almanak dari waktu ke waktu
dengan
ragam nyali tak menentu
sepenuh
ngilu
pada
nyala lilin yang hampir padam
malam
pun menjadi lebih kelam
sepasang
mata yang enggan terpejam
menimang
rindu yang kian hujam
diam-diam
Tangerang,
3 September 2015 (E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar