pagi
pecah di ruang tengah huma betang
mata-mata
yang terpejam mendengar 7 basir
menabuh katambung
mengiringi
liau haring menuju lewu tatau yang agung
beras,
daging ayam, hingga bulu-bulu burung
tak
tertinggal sabun, sikat dan pasta gigi
sebagai
bekal dalam perjalan yang abadi
sangkai raya dikelilingi 18 sapundu tersaji di lapangan
ritual
ada akan segera ditunaikan
manjamput laluhan serta menyambutnya
dengan minuman dan lemparan beras
olesan
bedak dan kapur tergambar di sekujur wajah-wajah pias
tabuh satu dan tabuh dua kelak menyusul
inilah
akhir dari sebuah ritual
kumandang
nyanyian dalam bahasa Sangiang begitu
gempita
menarilah
dengan gembira
ketika
tubuh kembali kepada Ranying Hatala
Tangerang,
21 Juni 2016
-
Tiwah adalah upacara kematian tingkat
akhir suku Dayak Ngaju (Kalimantan Tengah) yang bertujuan mengantar roh yang
telah meninggal dunia menuju surga yang letaknya di langit ke tujuh
-
huma betang adalah rumah adat Dayak
-
basir adalah pemimpin ritual adat
Dayak
-
katambung adalah gendang khas Dayak
-
liau haring adalah roh
-
lewu tatau adalah surga
-
sangkai raya adalah tempat
penyimpanan anjung-anjung (kain bendera) dan persembahan untuk Sang Pencipta
-
sapundu adalah patung kayu ulin asli
yang berbentuk manusia yang diukir melalui sejumlah ritual adat, yang digunakan
untuk mengikat hewan kurban seperti sapid an kerbau
-
ritual manjamput laluhan adalah
proses menjemput tamu atau para keluarga dari liau (kerangka jenazah) yang akan
di tiwah
-
ritual tabuh satu dan tabuh dua adalah proses penusukan hewan
kurban yang diikat di sapundu dengan menggunakan tombak oleh para keluarga dari
masing-masing pemilik kerangka jenazah
-
bahasa Sangiang adalah bahasa roh
-
Ranying Hatala adalah Sang Pencipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar