bayang
ingatanmu yang jatuh berdesakan di dada
sungguh,
tak mampu aku terka
hitam-putih muasal dari ragam peristiwa
yang
telah lalu. membaca dan kembali membaca tanda-tanda
mengenang
gemuruh kata demi kata yang tersisa
demikianlah
aku menafsirkan sebaris aksara
namamu.
seperti bayang ingatan yang jatuh tak henti menghantam dada
aku
tiba-tiba menemukanmu di antara jeda
setelahnya,
merindukanmu tanpa mengenal sela
Tangerang,
2 September 2016|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar