sepasang
kursi yang berjajar rapi
duduk
memandangi sunyi
menghitung
takdir kedatangan-kepergian
beberapa hangat kecupan, juga lambaian tangan
sepokok lamtoro di samping kanan
lebat menangkup setiap guguran
dari daun yang berjatuhan
di
berandamu, musim tumbuh berganti
seperti
percakapan di remah cuaca
memperdebatkan
bahagia atau air mata
yang
membisikkan rahasia paling sepi
pada
desau semilir angin pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar