di
matamu, musim penghujan telah datang
gerimis
yang pecah sebagai isyarat mendung
daun-daun
kemuning yang basah di ujung petang
seperti nyanyi kesedihan yang tak terbendung
memeta bayangan rindu berulang-ulang
di
matamu, musim penghujan membawa kenang
begitu
gempita penuh nyalang
seperti
sorak kanak-kanak di ujung rembang
teriakkan
sebait kidung
ingatan
pun jatuh menetes-netes; tak terhitung
Meruya,
17 Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar