pada
tubuh waktu kutemukan patahan luka
segala
yang tumbang di dalam dada
mendulang
badai, menahan duka
segala pedih perih menikam mata
demi mengenang sebaris nama
ada
yang sedang sibuk berkemas
ketika
pagi datang bergegas
melipat
selaksa sunyi dengan cemas
pada
pekatnya kopi di dalam gelas
kenangan
tergambar begitu jelas
seperti
dedaunan yang menguning
tanah
yang merekah hening
juga
bayang-bayang asing
seraut
wajah yang telah lama berpaling
jatuh
dalam kesunyian berpuing-puing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar