pada rindu yang kian memar
namamu
masih terbaca dalam denyar
kaki-kaki
musim gugurkan dedaun dengan gemetar
di
keningmu, sepi seakan enggan beranjak
aku
tak sempat mencegahnya barang sejenak
membiarkan
bayangmu menjelma sajak-sajak
sebab
waktu serupa takdir sunyi
yang
menulikan telingamu sendiri
meski
kuteriakkan kenangan itu, berkali-kali
Legok,
07/01/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar