daun-daun jatuh berguguran
angin
berembus pelan
tak
ada lagi derai tawa
hanya air mata jatuh di jendela
kau
yang menggenggam bara
menyulut
api di tengah luka
goresan
demi goresan kau torehkan
begitu
nyeri, bercucuran
aku
yang dingin sepenuh gigil
gemuruh
suara ingin memanggil
namun
tak juga tersentuh dinding kalbu
menahan
isak, waktu ke waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar