Jumat, 05 Agustus 2016

Tiwah, Kematian Yang Bahagia



pagi pecah di ruang tengah huma betang
mata-mata yang terpejam mendengar 7 basir menabuh katambung
mengiringi liau haring menuju lewu tatau yang agung
beras, daging ayam, hingga bulu-bulu burung
tak tertinggal sabun, sikat dan pasta gigi
sebagai bekal dalam perjalan yang abadi

sangkai raya dikelilingi 18 sapundu tersaji di lapangan
ritual ada akan segera ditunaikan
manjamput laluhan serta menyambutnya dengan minuman dan lemparan beras
olesan bedak dan kapur tergambar di sekujur wajah-wajah pias
tabuh satu dan tabuh dua kelak menyusul
inilah akhir dari sebuah ritual

kumandang nyanyian dalam bahasa Sangiang begitu gempita
menarilah dengan gembira
ketika tubuh kembali kepada Ranying Hatala

Tangerang, 21 Juni 2016

- Tiwah adalah upacara kematian tingkat akhir suku Dayak Ngaju (Kalimantan Tengah) yang bertujuan mengantar roh yang telah meninggal dunia menuju surga yang letaknya di langit ke tujuh
- huma betang adalah rumah adat Dayak
- basir adalah pemimpin ritual adat Dayak
- katambung adalah gendang khas Dayak
- liau haring adalah roh
- lewu tatau adalah surga
- sangkai raya adalah tempat penyimpanan anjung-anjung (kain bendera) dan persembahan untuk Sang Pencipta
- sapundu adalah patung kayu ulin asli yang berbentuk manusia yang diukir melalui sejumlah ritual adat, yang digunakan untuk mengikat hewan kurban seperti sapid an kerbau
- ritual manjamput laluhan adalah proses menjemput tamu atau para keluarga dari liau (kerangka jenazah) yang akan di tiwah
- ritual tabuh satu dan tabuh dua adalah proses penusukan hewan kurban yang diikat di sapundu dengan menggunakan tombak oleh para keluarga dari masing-masing pemilik kerangka jenazah
- bahasa Sangiang adalah bahasa roh
- Ranying Hatala adalah Sang Pencipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar