pada
jantung yang berdegup kalut
dititipkannya
sebaris cemas yang mengakut
awan-awan
jingga begitu tabah mengeja muasal
ingin
sekali menyebut namamu dengan semisal
bertanya
tentang koordinat rindu yang janggal
perjalanan menyusuri kelok rahasia
satu sudut kini terlewat sudah
sudut lain diam-diam menemu entah
stasiun, ruang tunggu, dan kota-kota
almanak menandainya sebagai kenangan yang pernah ada
bulan demi bulan berlalu
kecuali bayangmu yang kian piatu
dadaku penuh gemuruh yang bersekutu
hilang dalam pengembaraan semu
mencari segaris titik temu
Tangerang, 15012016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar