pangkal pagi. angin basi. detak arloji. kemarau yang ranggas di sepanjang hari. barangkali, angka-angka di kalender pun enggan berganti. menapaki hitungan musim demi musim tanpa tepi.
embus
angin. gigil dingin. sepetak ingin. perihal rindu ini ternyata, tak semudah apa
yang air mata jatuhkan. atau seperti kenangan di kepala yang dengan mudah bisa
disimpan. ingatanku sesak menerka-nerka waktu yang harus dilalui setelah
kepergian.
membaca
sepi. membaca sunyi. membaca dadamu tak henti-henti. hanya rabun mataku yang
mabuk mimpi-mimpi. membiarkan nganga luka menjadi begini nyeri. biarlah, biar
diammu yang panjang aku susuri.
lagi,
dan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar