: rz
za,
langit setengah retak saat aku mengingatmu. sepanjang cibiru hingga buahbatu,
gumpalan awan berwarna kelabu. serupa mendung yang menahan cemburu. jalan-jalan
tak lagi berbatu-batu seperti dulu. bahkan sepetak sawah di ujung perempatan
itu tak lagi ada, katamu. hanya hujan yang masih setia bertandang dan menemani
kotamu.
dari
braga hingga wastukencana, kau ajak aku berlomba-lomba. menghitung berapa
banyak bangunan-bangunan tua. yang masih menyimpan riwayat sejarah, atau sekedar keunikan semata. ah, tentu saja kau selalu lebih
juara. sebab kau lahir dan berpijak di kota ini, za. dan aku akan berpura-pura
merajuk, membuatmu kehilangan kata-kata.
jalan-jalan
itu tak pernah berubah. meski aku kini hanya sekedar singgah. tapi kau, za, kau
yang kini entah. padahal hujan masih tetap tercurah. jatuh di tanah yang sama,
tanah yang maha tabah. yang diam-diam melipat ragam kenangan indah.
Tangerang,
22 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar