sehening pagi yang jauh, kembali menepi
huruf-huruf
pernah kehilangan arti
barisan
sajak yang tak rampung ditulisi
menjadi pemantik di dada kiri
ketika sudut beranda dilanda sepi
aku
bayangkan kau dengan secangkir kopi
dan
aku dengan sekerat roti
duduk
di beranda yang berbeda
masih
dengan pagi yang sama
menerka
segala yang singgah di dada
di
sini, aku kembali menulis tentang rindu yang riuh
tentang
pagi yang jauh
Tangerang,
01.04.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar