kembali
kucium wangi kenanga
tumbuh
liar di sepanjang jalan tak bernama
berderet-deret
melambai penuh pesona
mengajakku kembali pada selarik nostalgia
kita
seringkali membicarakan kelak sebagai semoga
dan
harap atas nama doa-doa
namun
almanak menyajikan kini sebagai sebuah realita
lalu
kita melukis kebahagiaan di langit senja
melalui
atap bianglala
di
ujung kelokan itu, kita hanya tertawa
dan
waktu hanya sebagai orang ketiga
Kedoya,
25 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar