langit
di atas Sudirman Park hampir memerah
cakrawala
merona dari balik kaca
huruf
demi huruf berlarian di jalanan kota
menyibak kemacetan di antara ruas Jakarta
pada sepasang tubuh, kerinduan begitu rekah
secangkir
kopi hitam kental susu, dan segelas teh manis hangat mengepul di udara
diletakkan
bersisian di bibir meja
sisa
denting sendok yang beradu masih terdengar samar
serupa
nada-nada di atas panggung opera
memainkan
simfoni nomor 6 dalam F-mayor
hanya
diam yang terbaca
selalu
lebih banyak dilepaskannya tatap mata
dibanding
harus mengurai kata-kata
sambil
mengukir sebaris nama di ujung jendela
tanpa
bicara...
di
ketinggian ini waktu seakan berhenti
malam-malam
dihabiskan dengan ragam kisah hingga pagi
sorot
lampu saling menikam, menyisir jauh ke dini hari
lalu
tibalah kumandang subuh mengawali matahari
demikian
berulang kali; entah sampai kapan kisah ini disudahi
Sudirman
Park, 20.03.2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar