kerinduan senantiasa mengapung
di
luas semesta yang penuh mendung
ketika
nyanyian balam mengisyaratkan petang
selepas sajak bertebaran di ujung pematang
aku
kembali menafsir kata per kata
meski
bibirmu tak mengucap sepatah pun
kesalahan
demi kesalahan yang sama
memuncak
di ambang nyeri kegagalan
antara
diam dan keheningan yang tiba-tiba
tegak
berdiri di sebelah bayangmu
maka,
adakah luka yang lebih dari ngilu
ketika
almanak di dinding hanya membisu
telah
putus segala harapku
menyeru
namamu
Tangerang,
27 Mei 2016 (E)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar