Selasa, 31 Maret 2015

Biarlah!



Kau baru saja tiba di rumahku ketika malam menenggelamkan bulan bulat telur di halaman depan hingga malam terlihat amat gelap tanpa cahaya dan pesan apa pun.

Perihal secangkir kopi hitam yang telah kuseduh berulang-ulang di hadapanmu adalah kisah tak lazim yang menggenapkan hari ketika kenangan mungkin akan bertamu kembali, entah esok, entah lusa.

Lalu kau biarkan dingin merayapi ujung kakiku tanpa pernah ampun, hingga kau pun alpa memberikan selimut penutup lukaku yang kian nganga.

Biarlah!

Kedoya, 18.08.2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar