Selasa, 31 Maret 2015

Di Matamu


di matamu, aku seperti kanak-kanak yang merengek minta bulan. menunggumu di sini, dengan setumpuk dongeng yang ingin kudengar sendiri dari bibirmu.

tiba-tiba gelisahku pecah menjelma malam. kata-kata berhamburan menemu kelam. kucoba tetap tabah melawan seribu ketidakpastian.

lalu, di mana kucari wajahmu? mungkin kau telah menemukan pohon rindang yang menawarkan keteduhan. maka berakhirlah semua perjalanan, hanya sampai di sini.

namun di matamu angin tetap berhembus, utara ke selatan. meniup puisiku yang serupa takdir, agar tak pernah berhenti mengalir.

Kedoya, 29/10/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar