Selasa, 31 Maret 2015

Senja Dan Secangkir Kopi



Senja pun tiba. Aku masih di sini, mencoba setia pada hari. Meski kadang tubuh ini begitu lelah, dihantam gelombang rindu yang berkepanjangan. Tanpa mengenal musim. Berkali-kali jatuh dan terbangun untuk sepotong alasan yang sama. Yang terkadang begitu konyol, atau malah memilukan. Semua tergantung dari sudut pandang mana kau akan melihatnya.

Secangkir kopi yang telah terhidang di teras menjadi satu alasan untuk tetap melekatkan namamu pada sudut hatiku. Kepulannya mengingatkanku pada asap yang kerap beterbangan dari bibirmu. Kubayangkan saat itu kau memetik gitar. Sesekali senandung kecilmu menyeruak membelah semesta. Entah angin mana yang kelak akan membawa lagumu pada telingaku. Meski kau-aku masih berada pada belahan bumi yang sama. Pada titik kultum terendah cakrawala mengeja waktu.

Senja dan secangkir kopi. Seperti kau yang tak habis menjelma kata-kata, di setiap puisiku.

Tangerang, 01/12/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar