Jumat, 29 Juli 2016

Kenanga





kembali kucium wangi kenanga
tumbuh liar di sepanjang jalan tak bernama
berderet-deret melambai penuh pesona
mengajakku kembali pada selarik nostalgia

kita seringkali membicarakan kelak sebagai semoga
dan harap atas nama doa-doa
namun almanak menyajikan kini sebagai sebuah realita
lalu kita melukis kebahagiaan di langit senja
melalui atap bianglala

di ujung kelokan itu, kita hanya tertawa
dan waktu hanya sebagai orang ketiga

Kedoya, 25 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar