Jumat, 29 Juli 2016

Membaca Diammu


pangkal pagi. angin basi. detak arloji. kemarau yang ranggas di sepanjang hari. barangkali, angka-angka di kalender pun enggan berganti. menapaki hitungan musim demi musim tanpa tepi.

embus angin. gigil dingin. sepetak ingin. perihal rindu ini ternyata, tak semudah apa yang air mata jatuhkan. atau seperti kenangan di kepala yang dengan mudah bisa disimpan. ingatanku sesak menerka-nerka waktu yang harus dilalui setelah kepergian.

membaca sepi. membaca sunyi. membaca dadamu tak henti-henti. hanya rabun mataku yang mabuk mimpi-mimpi. membiarkan nganga luka menjadi begini nyeri. biarlah, biar diammu yang panjang aku susuri.

lagi, dan lagi.

Tangerang, 04022016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar